Hai Sobat haswara…. Tahukah kamu tentang issue yang berkembang terkait resesi? Ada prediksi dari UNCTAD bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan merosot dari 2.5 ke 2.2 persen di tahun 2023.lalu apa dampak yang akan kita rasakan dari resesi ini? Sebelum mengetahui lebih jauh, mari kita bahas apa itu resesi.
Resesi merupakan sebuah istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan dimana perputaran ekonomi pada suatu negara berubah menjadi menurun atau bahkan memburuk. Pakar mengatakan resesi terjadi saat ekonomi suatu negara mengalami kenaikan dalam jumlah pengangguran, penurunan ritel, produk domestik bruto (PDB) yang negatif, dan terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu panjang maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Dampak yang timbul mulai dari perlambatan ekonomi yang akan membuat sektor riil menahan kapasitas produksinya sehingga terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), Kinerja instrumen investasi yang akan mengalami penurunan sehingga investor cenderung menempatkan dananya dalam bentuk investasi yang aman hingga melemahnya daya beli masyarakat karena mereka cenderung lebih selektif menggunakan uangnya dengan fokus pemenuhan kebutuhan pokok terlebih dahulu.
PENYEBAB RESESI
Ada berbagai macam faktor yang memicu terjadinya resesi pada suatu negara. Faktor-faktor penyebab terjadinya resesi diantaranya .
1. Inflasi
Inflasi adalah kondisi naiknya harga secara terus menerus, baik itu harga barang maupun jasa. Adanya kenaikan harga ini berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat yang nantinya diikuti dengan penurunan produksi barang dan jasa. Jika hal ini terus berlanjut dalam waktu lama, hal ini akan mengakibatkan tingginya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal, kemiskinan, dan akhirnya terjadi resesi.
2. Deflasi Berlebihan
Sama hal nya dengan inflasi, deflasi juga sangat bisa membawa pengaruh buruk dan memicu terjadinya resesi. Deflasi adalah sebuah kondisi dimana harga barang dan jasa turun dari waktu ke waktu yang akhirnya berimbas pada upah yang dibayarkan mengalami penurunan. Deflasi juga ditandai dengan adanya penundaan pembelian barang atau jasa sampai harga terendah. Hal ini tentunya sangat beresiko bagi pemilik usaha. Sebab, meskipun daya beli masyarakat kemungkinan akan naik, nyatanya pemilik usaha harus menekan biaya produksi yang berujung pada ruginya suatu bisnis dan penghentian bisnis.
3. Gelembung Aset Pecah
Pecahnya gelembung aset bisa terjadi saat investor mengambil langkah secara gegabah. Misalnya, terjadi pembelian saham dan properti secara masif dengan anggapan harganya akan naik dengan cepat. Saat keadaan ekonomi tengah goyah, mereka akan beramai-ramai menjualnya yang mengakibatkan terjadinya panic selling dan berujung pada resesi akibat rusaknya pasar.
4. Guncangan Ekonomi yang Mendadak
Penyebab lain resesi adalah guncangan ekonomi secara mendadak. Hal ini diawali dengan melemahnya daya beli yang disebabkan kesulitan finansial serta masalah serius lainnya seperti tumpukkan hutang. Penumpukan hutang akan mempengaruhi pada membengkaknya bunga yang perlu dibayarkan dan berujung pada ketidakmampuan untuk melunasinya atau gagal bayar.
5. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Berkembangnya teknologi juga menyumbang faktor terjadinya resesi. Sebagai contoh gambaran pada abad ke-19, terjadi gelombang peningkatan teknologi hemat tenaga kerja. Revolusi yang dinamakan juga revolusi Industri ini kemudian membuat seluruh profesi menjadi usang, dan memicu resesi. Saat ini beberapa ekonomi khawatir bahwa Artificial Intelligence (AI) dan robot akan menyebabkan resesi lantaran banyak pekerja kehilangan mata pencahariannya karena digantikan oleh teknologi baru.
6. Ketidakseimbangan Produksi dan Konsumsi
Keseimbangan produksi dan konsumsi menjadi dasar pertumbuhan ekonomi. Di saat produksi dan konsumsi tidak seimbang, maka terjadilah masalah dalam siklus ekonomi. Tingginya produksi yang tidak dibarengi dengan konsumsi akan berakibat pada penumpukan stok persediaan barang. Namun rendahnya konsumsi sementara kebutuhan kian tinggi akan mendorong terjadinya impor. Hal ini kemudian akan berakibat pada penurunan laba perusahaan sehingga berpengaruh pada lemahnya pasar modal.
7. Pertumbuhan Ekonomi Merosot Selama Dua Kuartal Berturut-Turut
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikasi yang digunakan dalam menentukan baik tidaknya kondisi ekonomi suatu negara. Jika pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan maka negara tersebut masih dalam kondisi ekonomi yang kuat begitu pula sebaliknya. Bruto,sebagai acuan produk. Jika produk domestik bruto mengalami penurunan maka dapat dipastikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan mengalami resesi.
8. Tingkat Pengangguran Tinggi
Sumber daya manusia atau tenaga kerja adalah salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam pergerakan ekonomi. Jika suatu negara tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas bagi para SDM lokal, maka tingkat pengangguran akan mengalami peningkatan dan hal tersebut menjadi suatu indikasi bagi negara yang sedang mengalami resesi.
9. Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor
Negara yang tidak dapat memproduksi kebutuhannya sendiri kemudian mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, negara yang memiliki kelebihan produksi dapat mengekspor ke negara yang membutuhkan komoditas tersebut. Sayangnya nilai impor yang lebih besar dari nilai ekspor dapat berdampak pada perekonomian yaitu defisitnya anggaran negara dan terjadilah resesi.
PENCEGAHAN TERJADINYA RESESI
Mempersiapkan dana darurat apabila tiba-tiba resesi memburuk, berhemat salah satu cara pencegahan awal untuk tetap menjaga kondisi finansial Anda untuk tetap stabil. Alangkah baiknya, jika Anda memiliki pemasukan tambahan untuk menjaga apabila terdapat kebutuhan yang mendadak dan tidak terprediksi kapan akan terjadi.